Jumat, 05 Februari 2010

“Bersyukur=Untung” atau “Kufur=Buntung”

Oleh: Tatang Hidayat
(Mahasiswa STAIL angkatan 2006)

“Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”, Allah mengulang-ulang ayat ini hingga 31 kali dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman. Kalau kita renungkan, ini memang benar-benar sebuah peringatan yang penting bagi kita sebagai hamba-Nya, mengingat mudah dan banyak sekali manusia yang jatuh ke jurang kekufuran.

Mari kita renungkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Matahari dan udara, misalnya, yang diberikan secara gratis, bahkan semau dan sepuasnya kita nikmati, tiba-tiba kedua nikmat ini diprivatisasi dan dikomersialkan.. Menghirup udara atau menggunakan “jasa” matahari dipungut bayaran semacam pajak ataupun jenis pungutan lainnya, kemungkinannya para nelayan akan mogok menjemur ikan, atau para petani tembakau akan bangkrut karena tembakaunya tidak kering.

Hal ini bisa lebih masih lebih baik bila dibandingkan dengan berhentinya aktivitas bernafas karena tidak sanggup membayar cicilan oksigen yang dihirup. Allah yang Maha Agung, tidak memerlukan suatu apapun dari makhluk-Nya, bahkan ibadah yang kita lakukan sekalipun Allah tidak membutuhkannya. Sebaliknya, semua akan terpulang kepada kita sebagai pelakunya.

Bila kita renungkan kembali, pernahkah Allah membuat aturan, kalau kita tidak sholat, maka tidak boleh bernafas atau barang siapa yang meninggalkan zakat ditenggelamkan hartanya seperti Qorun. Subhanallah, nikmat Allah yang mana yang hendak kita dustakan?

Hal itu semua adalah gambaran dimana sesungguhnya kita diperintahkan Allah untuk bersyukur terhadap apa yang sudah dianugerahkan Allah dan itulah hal yang terbaik untuk kita sebagai hamba-Nya.

Sebagai sebuah contoh, ketika Allah mengamanahkan kepada seorang hamba-Nya harta yang pas-pasan, bisa saja kondisi itu adalah sebagai bentuk kekuasaan dan kasih sayang Allah atas hamba-Nya, yang melindunginya dari sifat kikir dan sombong karenanya. Sebaliknya, hamba-Nya yang diberi kekayaan melimpah, itupun bentuk Allah memberi anugerah kepadanya, apakah akan bertambah syukurnya atau malah sebaliknya. Maka sikap terbaik dalam segala kondisi, bersyukurlah….. dan hindarkan takabbur !

Bersyukur, tentu jauh berbeda dengan takabbur, akan tetapi realitanya sangat tipis sekali beda antara syukur dan takabbur, sehingga kadang-kadang kita salah duga, menganggap diri bersyukur padahal sedang takabur.

Berikut tips gar kita selalu bersyukur:
1. Awali hari kita dengan bersyukur, hal ini akan menarik datangnya nikmat-nikmat lain untuk kita hari ini.
2. Lihatlah yang masih ada pada diri kita, bukan yang sudah hilang..! Hindarkan dari sikap mengeluh, karena yang masih kita miliki itu jauh lebih banyak untuk selalu disyukuri.
3. Catatlah minimal 5 hal yang patut untuk kita syukuri tiap harinya.
4. Sering-seringlah melihat kepada mereka tidak seberuntung diri kita.
5. Tanyakan pada diri kita setiap akan mengeluhkan sesuatu; Pantaskah kita mengeluh dengan segala nikmat yang sudah kita rasakan ?

Saudaraku, berhati-hatilah dalam mengambil sikap, karena apa yang kita anggap baik, belum tentu akan baik menurut Allah, dan apa-apa yang kita anggap sebagai suatu keburukan, itupun bukanlah suatu keputusan Allah atas buruknya sesuatu itu.

Sebagai hamba, kita diperintahkan untuk selalu sabar dan bersyukur serta senantiasa istiqomah di jalan Allah. Wallahu a’lam.

Kiat Membendung Pemikiran Barat

Oleh Luqman Hakim
( mahasiswa STAIL angkatan 2007)

Pemikiran barat (Western thought) semakin gencar disosialisasikan oleh orientalis dan komunitas liberal dalam berbagai media. Baik melalui televisi, radio, internet, majalah, ataupun Koran. Tentu saja, umat Islam semakin resah dengan berbagai sepak terjang mereka. Kita, tentunya menginginkan agar arus pemikiran tersebut bisa kita hadang agar tidak meracuni pemikiran kita (fikroh Islamiyah) . Di sini dipaparkan beberapa kiat untuk membendung pemikiran barat. Apa saja kiat-kiat tersebut?


Bangga Menjadi Muslim

Salah satu cara untuk mengatasi arus pemikiran yang datang dari barat adalah bangga menjadi seorang muslim. Kenapa? Karena banyak orang yang mengaku beriman, namun merasa tidak "pede" dengan keimanannya. Banyak yang mengaku muslim, namun berusaha "menyembunyikan" kemuslimannya.

Muslim masa kini berbeda dengan muslim era dahulu. Kini, banyak orang muslim yang terjangkit virus “inferior”(minder). Mereka terpesona oleh kemilau barat yang begitu "memukau". Teknologi canggih yang dimiliki barat sekarang seolah mengubur khazanah islam yang dahulu membuat orang-orang barat terpukau.

Padahal, "minder" terhadap orang-orang kafir adalah sebuah penyakit yang menggerogoti keimanan kita. Ia menyerang akidah (keyakinan), sentral identitas kita sebagai muslim. Oleh karena itu, penanaman aqidah seharusnya menjadi pelajaran utama dalam lembaga pendidikan. Negara kita, Indonesia, tidak menempatkan mata pelajaran agama, terutama aqidah, sebagai pelajaran utama. Komponen utama untuk menjadi mahasiswa muslim yang unggul ada tiga komponen,yaitu Aqidah yang kuat, kemampuan bahasa arab dan asing (terutama bahasa Inggris) ,dan menulis. Sedangkan komponen-komponen lainnya seperti psikologi, ilmu komunikasi, serta pelajaran lainnya hanyalah pelengkap saja. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus estafeta perjuangan islam hendaknya memperhatikan aspek-aspek tersebut. ke depannya, kita bisa merekonstruksi kurikulum pendidikan Indonesia . Tentunya, ketiga aspek di atas haruslah menjadi agenda utama dalam upaya rekonstruksi kurikulum pendidikan tersebut. Sehingga, generasi muslim selanjutnya bisa terjaga izzah mereka serta menjadi pribadi muslim unggul yang bangga terhadap identitas keislamannya

Mengingat sejarah

Cara kedua yang harus ditempuh adalah mengingat kembali sejarah yang benar mengenai Islam. Hal tersebut diperlukan mengingat urgennya masalah itu. Sejarah yang ada pada saat ini sebenarnya telah terkontaminasi oleh kebohongan-kebohongan yang diinfiltrasi oleh para orientalis. Misalnya perjuangan pangeran Diponogoro. Dalam sejarah nasional Indonesia diterangkan bahwa pangeran Diponogoro adalah salah satu pahlawan nasional dengan semangat nasionalisme sebagai wujud kecintaanya terhadap tanah air. Namun menurut versi yang berbeda, beliau sebenarnya berperang melawan Belanda karena didasari oleh semangat jihad yang ada dalam islam, bukan nasionalisme. Beliau melawan penjajah disebabkan penjajah telah menginjak-injak agama Islam.

Selain itu, kejayaan yang pernah dirasakan islam selama belasan abad – jauh melampaui barat - perlu kita kenang dan kita jadikan penyemangat untuk berjuang mengembalikannya pada era sekarang. Dengan begitu, generasi muslim akan lebih condong kepada pemikiran Islam dari pada pemikiran barat

Intinya Adalah Ilmu

Demikianlah, apa yang mungkin bisa kita perbuat. Pemikiran barat yang arusnya sangat terasa dalam kehidupan kaum muslimin dewasa ini bisa kita bendung. Dengan ilmu, kebanggaan sebagai muslim dan pentingnya sejarah masa silam bisa kita capai. Sehingga ke depannya. peradaban Islam yang kita idamkan bisa tercapai.

Kita berdoa semoga kita bisa melakukan hal terbaik dalam upaya pembendungan tersebut.

TIPOLOGI MANUSIA DALAM PERSEPEKTIF AL-QURAN

Robinsyah
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIL) Surabaya)

Manusia diciptakan di muka bumi ini bersuku-suku. Dan setiap suku dari sekian banyak suku itu, memiliki ciri khas masing-masing. Eropa misalnya, memiliki ciri khusus berupa kulitnya yang putih (bule). Sedangkan Afrika, identik dengan kulitnya yang hitam legam. Begitu pula manusia-manusia yang lain, yang berdomisili di luar kedua benua tersebut.

Seberapapun kontras perbedaan (fisik) yang dimiliki oleh manusia, namun Al-Quran telah mengklasifikasikan mereka menjadi tiga golongan (tipe). Pertama, adalah orang-orang yang beriman. Mereka ini adalah golongan manusia yang meyakini tentang keberadaan Allah dengan seyakin-yakinnya. Tidak cukup itu saja, untuk membuktikan keimanan yang bersemayam di dalam hati tersebut, merekapun mengikrarkannya dengan lisan, kemudian mewujudkannya dengan paraktek-praktek ibadah yang mereka lakukan setiap harinya.


Itulah ciri iman (attashdiqu bilqalbi wattaqriru billisani wal’amalu biljawarih/arkani). Keimanan seseorang akan sempurna ketika ketiga unsur ini benar-benar diaplikasikan. Begitupun sebaliknya, ketika salah satunya tidak terlaksana, maka dia belum termasuk al-mukminu al-haqiqiyyu (mukmin yang sejati)

Untuk golongan pertama ini, Allah menjamin bahwa tempat mereka diakhirat kelak adalah surga. Firman-Nya: “sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai….(Al-Byyinah: 7-8)

Kelompok yang kedua adalah orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang ingkar akan keberadaan Allah. Jangankan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya, sekedar untuk mempercayai-Nya saja, mereka enggan. Mereka justru mengejek orang-orang yang beriman, dan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh, yang tidak berilmu. Demikianlah predikat yang diberikan oleh mereka kepada orang-orang yang beriman. Namun ingatlah, tuduhan-tuduhan tersebut telah dibantah Allah melalui firman-Nya: “dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukan orang gila” (Al-Qalam: 2).

Untuk golongan ini, tiadalah tempat kembali mereka di akhirat kelak, kecuali neraka jahannam. Itu sesuai dengan keterangan Allah dalam Al-Quran,“sesungguhnya, orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)

Adapun golongan ketiga, adalah golongan orang-orang munafik, yaitu mereka yang secara dzahir menampakkan keimanan mereka di hadapan orang-orang mukmin, namun, batin mereka, hati mereka sebenarnya mengingkari hal tersebut.

Karena perilaku mereka ini mencerminkan orang-orang beriman, maka untuk mendeteksi keberadaan mereka ini relatif sulit. Kitapun dilarang untuk menjastifikasi seseorang sebagai orang munafik, sebab manusia hanya diperbolehkan untuk menghukumi sesuatu sesuai dengan apa yang nampak (dzahir). Adapun di luar itu (bathin) adalah urusan Allah.

Al-Quran dan As-Sunnah hanya memberikan cirri-ciri tentang mereka. Dan salah satu dari pada ciri orang munafik ialah ketika mereka mengerjakan shalat, maka mereka mengerjakanya dengan malas-malasan. Sedang di dalam hadits, Rasulullah SAW menerangkan, bahwa cirri-ciri mereka itu ada tiga, pertama, ketika ia berjanji, ia mengingkari. Ketika berbicara, ia berduasta. Dan yang terakhir, ketika ia dipercaya, maka ia berhianat.

Untuk golongan yang terakhir ini, tempat kembali mereka di akhirat kelak, sama dengan kelompok yang kedua, yaitu neraka, karena kalau ditinjau dari segi keimanan, mereka masih termasuk orang-orang kafir. Firman Allah,“(bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata pada manusia “kifirlah kamu!” kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam”. Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang dzolim” (Al-Hasyr: 16-17)

Dari ketiga golongan di atas, jelas, bahwa golongan pertama adalah golongan yang terbaik, golongan yang akan membawa kita kepada kebahagian di dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan lain untuk meraih itu semua, selain dengan membuktikan keimanan kita kepada-Nya.

Akhirnya, marilah kita senantiasa berdo’a kepada Allah, mudah-mudahan kita senantiasa dimasukkan ke dalam golongan ini sampai akhir hayat kita. Sehingga, kelak ketika kita menghadap-Nya, kita menghadap dengan jiwa yang tenang, jiwa yang telah dijanjikan dengan syurga. “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al-Fajr: 27-30). Wallau ‘alam bis shawab.

Minggu, 31 Januari 2010

SUSUNAN REDAKSI TAHUN AMANAH 2009-2010

Penggung jawab :ust. masyhud M.sos.I

Pimpinan Redaksi :Luqman Hakim

Redaktur Pelaksana :Ruli suryadi

Redaktur :Dedik Santosa, Hendar Ardiansyah

setting dan Layout : Dedi Pribadi

Iklan : Bukhori Muslim, Junaidi dan M. Hasan

Editor : ust.Endang s, Ag

judul artikel

DAFTAR ISI


 

Labels

Site Info

Blog Archive

Ads Banner

My Blog List

EMBUN Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa